Ikan Nila


NILA (Tilapia nilotica)


Ikan Nila berbeda jenis dengan ikan Mujair tetapi masih satu keluarga. Ikan Nila merupakan salah satu jenis ikan dalam keluarga Tilapia yang paling banyak dibudidayakan di kawasan Asia. Sebetulnya ada banyak sekali jenis ikan keluarga Tilapia, tetapi yang paling populer di Indonesia adalah ikan Nila (Tilapia nilotica). Disamping itu juga banyak jenis hibrida hasil persilangan berbagai jenis Tilapia yang dibudidayakan di Asia. Ikan Tilapia dikenal juga sebagai “water chicken” karena ikan ini dapat dibudidayakan di hampir semua perairan dunia dan mampu menjadi sumber protein yang murah bagi masyarakat.


Ikan Nila mempunyai beberapa sifat unggul yang membuat ikan ini menjadi ikan favorit budidaya, yaitu laju pertumbuhan yang tinggi, tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan, mudah diberi pakan, mudah berkembang biak, tidak mempunyai duri halus sehingga dapat dibuat fillet ikan, dagingnya berwarna putih dan tidak terlalu amis.


Ikan Nila dapat mencapai ukuran 300 gram dalam waktu 90 – 100 hari. Di banyak negara ikan ini dipelihara hingga ukuran minimal 500 gram dalam waktu 4 – 5 bulan. Dalam waktu 10 – 12 bulan ikan Nila bisa mencapai berat 1000 gram per ekor. Di Indonesia ikan Nila dipelihara di karamba jaring apung di waduk atau danau, dan di kolam air deras. Di waduk Cirata, ikan Nila banyak dipelihara di jaring rangkap dan dianggap sebagai penghasilan sampingan. Kondisi kualitas air di jaring rangkap mudah berubah, terutama oksigen. Pada pagi hari kadar oksigen di dalam air di jaring rangkap bisa kurang dari 2 ppm, tetapi ikan Nila dapat beradaptasi dengan kondisi ini dan tetap tumbuh dengan baik. Ikan ini juga dipelihara di kaki gunung daerah Lubuk Linggau, danau Tondano di Sulawesi Utara, danau Batur di Bali, dan waduk-waduk di Jawa. Ini menunjukkan kemampuan beradaptasi yang tinggi.


Ikan Nila juga mudah dikawinkan, sifat ini juga sekaligus menjadi salah satu kelemahannya. Ikan Nila cepat mencapai usia matang reproduksi, kondisi ini akan memperlambat pertumbuhannya. Terutama untuk ikan betina, laju pertumbuhan ikan betina lebih lambat dibandingkan yang jantan. Apalagi setelah mencapai ukuran reproduksi, maka ikan Nila betina akan berhenti tumbuh dan mengubah makanannya menjadi telur untuk proses reproduksi. Lebih lanjut lagi setelah telur ikan menetas, induk betina akan “mengerami” anak-anaknya di dalam mulut, sehingga induk betina bisa dikatakan “tidak makan” dan berhenti tumbuh.


Karena itu teknik sex reversal banyak diterapkan untuk ikan Nila. Sex reversal adalah pengubahan jenis kelamin, dalam hal ini ikan nila ikan betina diubah menjadi jantan. Tekniknya dapat dilakukan secara hormonal maupun genetis. Secara hormonal dilakukan melalui pemberian hormon รก methyl testoteron kepada ikan yang berukuran <>


Pengubahan sex secara genetik dilakukan melalui pengubahan kode-kode genetik induk sehingga anak yang dihasilkan bersifat jantan dan tidak mampu memproduksi telur, contohnya adalah ikan Nila Gesit. Jika induk Nila Gesit dikawinkan dengan induk Nila lainnya maka akan dihasilkan keturunan yang sebagian besar jantan. Sex reversal dilakukan agar laju pertumbuhan nila tetap tinggi dan ikan tidak bereproduksi. Jika ikan Nila dibiarkan berbiak dalam kolam maka pertumbuhan ikan menjadi tidak seragam dan kolam bisa menjadi terlalu padat.



Untuk mengetahui analisa usaha budidaya gurame dapat download ini



Related Article



Comments

0 Responses to "Ikan Nila"

Posting Komentar



Let's Talk

Pengikut

 
duit